Halaman

Kamis, 29 Juli 2010

Potensi Rumput Laut di Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat

A. Latar Belakang
Rumput laut (sea weeds) yang dalam dunia ilmu pengetahuan dikenal sebagai Algae sangat populer dalam dunia perdagangan akhir – akhir ini. Rumput laut dikenal pertama kali oleh bangsa Cina kira - kira tahun 2700 SM. Pada saat itu rumput laut banyak digunakan untuk sayuran dan obat - obatan. Pada tahun 65 SM, bangsa Romawi memanfaatkannya sebagai bahan baku kosmetik. Namun dengan perkembangan waktu, pengetahuan tentang rumput lautpun semakin berkembang. Spanyol, Perancis, dan Inggris menjadikan rumput laut sebagai bahan baku pembuatan gelas.

Kapan pemanfaatan rumput laut di Indonesia tidak diketahui. Hanya pada waktu bangsa Portugis datang ke Indonesia sekitar tahun 1292, rumput laut telah dimanfaatkan sebagai sayuran. Baru pada masa sebelum perang dunia ke - 2, tercatat bahwa Indonesia telah mengekspor rumput laut ke Amerika Serikat, Denmark, dan Perancis.

Sekarang ini rumput laut di Indonesia banyak dikembangkan di pesisir pantai Bali dan Nusa Tenggara. Mengingat panjangnya garis pantai Indonesia (81.000 km), maka peluang budidaya rumput laut sangat menjanjikan. Jika menilik permintaan pasar dunia ke Indonesia yang setiap tahunnya mencapai rata - rata 21,8 % dari kebutuhan dunia, sekarang ini pemenuhan untuk memasok permintaan tersebut masih sangat kurang, yaitu hanya berkisar 13,1%. Rendahnya pasokan dari Indonesia disebabkan karena kegiatan budidaya yang kurang baik dan kurangnya informasi tentang potensi rumput laut kepada para petani.
Sulawesi Barat sebagai salah satu provinsi baru di Indonesia dengan Mamuju sebagai Ibu Kota memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembang usaha-usaha di sektor perikanan. Berbagai usaha berbasis perikanan telah banyak dilakukan di Mamuju mulai dari usaha berskala besar, menengah hingga usaha kecil (skala Rumah tangga). Salah satu usaha perikanan yang cukup potensial untuk dikembangkan adalah usaha Budidaya Rumput Laut.
Budidaya rumput laut di Mamuju selama ini sudah mulai mengalami peningkatan dengan semakin tingginya kemampuan petani dalam mengadopsi teknologi-teknologi baru, sehingga kuantitas maupun kualitas hasil produksi rumput laut di Mamuju semakin tinggi. Hasil penelitian Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau (BRPBAP) Maros pada tahun 2009 menunjukkan bahwa potensi luas areal budidaya rumput laut yang dapat dimanfaatkan di Mamuju adalah 5.780 Ha dan yang sudah dikelola sebanyak 3.143,2 Ha dengan demikian masih ada 2.636,8 Ha yang belum dimanfaatkan, sehingga masih sangat terbuka peluang untuk mengembangkan usaha ini

B. Kandungan
Rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang merah (Rhodophyceae) karena mengandung agar - agar, keraginan, porpiran, furcelaran maupun pigmen fikobilin (terdiri dari fikoeretrin dan fikosianin) yang merupakan cadangan makanan yang mengandung banyak karbohidrat. Tetapi ada juga yang memanfaatkan jenis ganggang coklat (Phaeophyceae). Ganggang coklat ini banyak mengandung pigmen klorofil a dan c, beta karoten, violasantin dan fukosantin, pirenoid, dan lembaran fotosintesa (filakoid). Selain itu ganggang coklat juga mengandung cadangan makanan berupa laminarin, selulose, dan algin. Selain bahan - bahan tadi, ganggang merah dan coklat banyak mengandung jodium.

C. Manfaat

1. Agar – agar
Masyarakat pada umumnya mengenal agar - agar dalam bentuk tepung yang biasa digunakan untuk pembuatan puding. Akan tetapi orang tidak tahu secara pasti apa agar - agar itu. Agar - agar merupakan asam sulfanik yang meruapakan ester dari galakto linier dan diperoleh dengan mengekstraksi ganggang jenis Agarophytae. Agar - agar ini sifatnya larut dalam air panas dan tidak larut dalam air dingin.

Sekarang ini penggunaan agar - agar semakin berkembang, yang dulunya hanya untuk makanan saja sekarang ini telah digunakan dalam industri tekstil, kosmetik, dan lain - lain. Fungsi utamanya adalah sebagai bahan pemantap, dan pembuat emulsi, bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan pembuat gel. Dalam industri, agar - agar banyak digunakan dalam industri makanan seperti untuk pembuatan roti, sup, saus, es krim, jelly, permen, serbat, keju, puding, selai, bir, anggur, kopi, dan cokelat. Dalam industri farmasi bermanfaat sebagai obat pencahar atau peluntur, pembungkus kapsul, dan bahan campuran pencetak contoh gigi. Dalam industri tekstil dapat digunakan untuk melindungi kemilau sutera. Dalam industri kosmetik, agar - agar bermanfaat dalam pembuatan salep, krem, lotion, lipstik, dan sabun. Selain itu masih banyak manfaat lain dari agar - agar, seperti untuk pembuatan pelat film, pasta gigi, semir sepatu, kertas, dan pengalengan ikan dan daging.

2. Keraginan
Keraginan merupakan senyawa polisakarida yang tersusun dari unit D-galaktosa dan L-galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1 - 4 glikosilik. Ciri kas dari keraginan adalah setiap unit galaktosanya mengikat gugusan sulfat, jumlah sulfatnya lebih kurang 35,1%. Kegunaan keraginan hampir sama dengan agar - agar, antara lain sebagai pengatur keseimbangan, pengental, pembentuk gel, dan pengemulsi. Keraginan banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuatan kue, roti, makroni, jam, jelly, sari buah, bir, es krim, dan gel pelapis produk daging. Dalam industri farmasi banyak dimanfaatkan untuk pasta gigi dan obat - obatan. Selain itu juga dapat dimanfaatkan dalam industri tekstil, kosmetik dan cat.

3. Algin (Alginat)
Algin ini didapatkan dari rumput laut jenis algae coklat. Algin ini merupakan polimer dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linier panjang. Bentuk algin di pasaran banyak dijumpai dalam bentuk tepung natrium, kalium atau amonium alginat yang larut dalam air. Kegunaan algin dalam industri ialah sebagai bahan pengental, pengatur keseimbangan, pengemulsi, dan pembentuk lapisan tipis yang tahan terhadap minyak. Algin dalam industri banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuatan es krim, serbat, susu es, roti, kue, permen, mentega, saus, pengalengan daging, selai, sirup, dan puding. Dalam industri farmasi banyak dimanfaatkan untuk tablet, salep, kapsul, plester, dan filter. Industri kosmetik untuk cream, lotion, sampo, cat rambut,. Dan dalam industri lain seperti tekstil, kertas, fotografi, insektisida, pestisida, dan bahan pengawet kayu.

D. Metode Budidaya
Metode yang paling umum digunakan di daerah Mamuju yaitu metode long line, dengan lama pemeliharaan selama 45 hari

E. Panen
Pada tahap pemanenan ini harus diperhatikan cara dan waktu yang tepat agar diperoleh hasil yang sesuai dengan permintaan pasar secara kualitas dan kuantitas.

Tanaman dapat dipanen setelah umur 45 hari setelah tanam. Cara memanen adalah dengan mengangkat seluruh tanaman rumput laut ke darat. Rumput laut yang dibudidayakan di tambak dipanen dengan cara rumpun tanaman diangkat dan disisakan sedikit untuk dikembangbiakkan lebih lanjut. Atau bisa juga dilakukan dengan cara petik dengan memisahkan cabang - cabang dari tanaman induknya, tetapi cara ini akan berakibat didapatkannya sedikit keraginan dan pertumbuhan tanaman induk untuk budidaya selanjutnya akan menurun.

Para petani di Mamuju umumnya dalam satu tahun dapat menanam rumput laut sebanyak 4 kali (4 priode musim tanam dalam setahun) sehingga apabila usaha budidaya dapat berjalan lancer maka rata-rata petani dapat mengantongi keuntungan dalam setahun sebesar 25 juta rupiah.

F. Tantangan
1. Bibit
Para petani di Mamuju umumnya masih terkendala dengan masalah pengadaan bibit unggul. Bibit yang selama ini digunakan oleh petani adalah bibit yang diambil dari hasil budidaya mereka di laut, sehingga mutunya semakin lama semakin menurun. Sedangkan bila mereka mendatangkan bibit dari luar Mamuju maka harus menyediakan biaya ekstra untuk pembeliannya.

2. Penyakit
Daerah Mamuju yang memiliki curah hujan tinggi membuat budidaya rumput laut di daerah ini sangat rentan terhadap penyakit, utamanya penyakit ice-ice

3. Hama
Hama yang sering menyerang rumput laut di daerah ini adalah penyu yang memakan rumput laut petani

4. Masih Kurangnya tenaga penyuluh dibidang perikanan yang dapat membantu para petani dalam meningkatkan kapasitas produksi petani

5.Kurangnya pengetahuan petani dalam mengelola manajemen keuangan dalam usaha budidaya rumput laut


Rinciaan Rencana Anggaran Untuk Budidaya Rumput Laut Dalam 1 Tahun ( 4 Periode Musim Tanam )

A. Biaya Investasi

1 Tali Utama No.8 sebanyak 100 Kg sebesar Rp 3.800.000
2 Tali Bentang No.5 sebanyak 24 Kg sebesar Rp 912.000
3 Pelampung Utama sebanyak 6 buah sebesar Rp 300.000
4 Pelampung Tersier sebanyak 600 buah sebesar Rp 600.000
5 Batu Pemberat sebanyak 1 m2 sebesar Rp 150.000 Rp
6 Kerangka sebanyak 1 kali sebesar Rp 2.000.000
7 Sewa Perahu sebanyak 1 Tahun sebesar Rp 1.000.000
8 Pengeringan sebanyak 1 buah sebesar Rp 500.000
Jumlahnya Rp 9.262.000

B. Biaya Penyusutan Rp 772.000

C1. Biaya Tetap Periode I
1 - Bibit sebanyak 750 sebesar Rp 2.025.000
2 - Pemasangan bibit sebanyak 1 Kali sebesar Rp 1.000.000
3 - Tali Rafia sebanyak 1 Rol sebesar Rp 25.000
4 - Pemeliharaan sebanyak 2 Orang sebesar Rp 3.000.000
Jumlahnya Rp 6.050.000

C2. Periode II
1 - Bibit sebanyak 750 sebesar Rp 2.025.000
2 - Pemasangan bibit sebanyak 1 Kali sebesar Rp 1.000.000
3 - Tali Rafia sebanyak 1 Rol sebesar Rp 25.000
4 - Pemeliharaan sebanyak 2 Orang sebesar Rp 3.000.000
Jumlahnya Rp 6.050.000

C3. Periode III
1 - Bibit sebanyak 750 sebesar Rp 2.025.000
2 - Pemasangan bibit sebanyak 1 Kali sebesar Rp 1.000.000
3 - Tali Rafia sebanyak 1 Rol sebesar Rp 25.000
4 - Pemeliharaan sebanyak 2 Orang sebesar Rp 3.000.000
Jumlahnya Rp 6.050.000

C4. Periode IV
1 - Bibit sebanyak 750 sebesar Rp 2.025.000
2 - Pemasangan bibit sebanyak 1 Kali sebesar Rp 1.000.000
3 - Tali Rafia sebanyak 1 Rol sebesar Rp 25.000
4 - Pemeliharaan sebanyak 2 Orang sebesar Rp 3.000.000
Jumlahnya Rp 6.050.000

D. Total Biaya/Tahun (A + C1 + C2 + C3 +C4) Rp 33.462.000
E. Harga/Kg Rp 10.000
F. Target Produksi/Musim Tanam1.500 Kg X Rp 10.000 Rp 15.000.000
G. Produksi/Tahun Rp 60.000.000
H. Margin Keuntungan/Tahun ( G – H – Penyusutan ) Rp 25.766.000

Keuntungan Petani pertahun ( 4 Musim Tanam ) Rp 25.766.000